
Seorang gadis sebut saja namanya Christine, ia seorang gadis biasa yang berasal dari sebuah dusun terpencil di daerah Kalimantan. Ia adalah seorang anak dari mantan pendeta yang sempat menjadi penganut okultisme untuk mencari kesembuhan bagi adiknya yg sakit kanker tulang. Namun usaha orang tuanya ini tidak berhasil dan Tuhan punya jalan lain yaitu memanggil adiknya kembali kepada Bapa disurga. Christine adalah anak pertama dari 3 bersaudara, meski hal ini sangat diragukannya. Banyak hal yang membuat ia merasa ragu akan statusnya sebagai anak kandung dalam keluarganya karena ia selalu mendapat perlakuan tidak baik dari orang tuanya terutama papanya sehingga ia tumbuh menjadi seorang gadis yang memiliki banyak trauma. Takut dengan suara kasar, takut dengan air yang dalam, dan menjadi sangat iba melihat anak-anak yang disiksa orang tuanya. Ditengah-tengah keluarga yang selalu menyiksanya, ia jelas-jelas tidak merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Untung saja ia menyadari ada satu pribadi yang mengasihinya, Dialah Yesus. Ia banyak menghabiskan waktunya untuk melayani digereja mulai mengajar sekolah minggu, hingga menjadi WL di ibadah-ibadah dan ikut dalam sebuah tim pelayanan penginjilan peperangan rohani melawan okultisme didaerah Kalimantan. Namun kerinduannya melayani terhalang oleh papanya yang justru membakar semua jadwal pelayanannya.
Christine adalah sesosok gadis yang tumbuh dengan penuh perjuangan hidup, termasuk untuk membiayai sekolahnya sendiri. Sejak kelas 4 SD ia sudah berjualan makanan ringan sambil sekolah. Jika jualannya habis, barulah ia bisa jajan. Sejak SMP dan SMA ia jauh lebih giat lagi berusaha mengumpulkan uang untuk biaya sekolahnya mulai dari berjualan, ikut ayahnya panen sawit, jadi tukang cuci, sampai ikut papanya memasang jerat babi hutan untuk dijual dan mengasilkan uang bagi biaya sekolahnya. Setiap kali ia ditanya apa yang menjadi cita-citanya, ia selalu menjawab “saya ingin menjadi dokter”. Hal ini yang selalu menjadi jawabannya ketika ditanya. Christine terobsesi menjadi dokter sejak adiknya meninggal akibat kanker tulang yang dideritanya. Ia juga belajar dengan giat demi cita-citanya. Meski orang tuanya terutama papanya tidak mendukung dengan alasan biaya. Kuliah kedokteran sangat mahal. Namun ia tidak menyerah begitu saja. Ia tetap berserah kepada Tuhan. Ia percaya Tuhan punya banyak cara yang ajaib untuknya. Ia terus belajar dan selalu menjadi juara kelas, memenangkan beberapa lomba baik tingkat sekolah dan kabupaten sampai suatu saat terjadi hal yang sangat mengejutkan dan tidak disangka. Papanya bukan memuji namun justru memojokkannya. “katanya pintar….??? Koq gak menghasilkan uang buat saya..?? “ Christine tersentak dan kaget. Meski ia telah meraih juara, tetap saja tidak berhasil membuat papanya bangga. Namun meski demikian, setiap kali ia meraih prestasi dan memperoleh beasiswa, ia tidak pernah menikmatinya. Karena papanya selalu menjadi orang pertama yang menerima uang tersebut dan tidak akan pernah sampai ke tangan Christine. “kan kamu udah aku kasih makan setiap hari…!!” ujar papanya. Hal ini sempat membuat Christine tumbuh menjadi seorang gadis yang menyimpan kebencian pada papanya. Bahkan ia sempat berfikir bahwa ia adalah anak tiri.
Rasa tidak puas ayahnya akan setiap prestasinya itu memacu ia semakin giat lagi belajar. Ia bertekad, suatu saat papa harus bilang bangga punya anak seperti saya. Karena saya yakin Tuhan punya banyak cara untuk itu. Sampai di satu titik ia kembali down karena ia sudah hampir lulus, tapi ia tidak tau harus melanjutkan kuliah kemana. Semua teman-temannya sudah memilih target kampus-kampus pilihan mereka, tapi tidak dengan Christine. Ia tidak punya biaya. Christine terus berdo’a sambil mencari beasiswa yang bisa ia ambil untuk melanjutkan kuliahnya. Berbagai beasiswa ditawarkan padanya, namun tidak ada beasiswa Full. Ia tidak patah semangat, “Aku pasti bisa kuliah dengan pertolongan Tuhan, dan aku akan buat papa tidak menyesal punya anak seperti aku”.
Suatu ketika, diruang kelasnya ketika bel istirahat berbunyi Christine tidak keluar kelas karena ia juga tidak punya uang untuk jajan seperti teman-temannya. Lalu seorang wanita muda berjilbab datang menghampirinya, wanita itu adalah wali kelasnya yang menawarkan beasiswa prestasi di Jakarta. Christine meresponi tawaran tersebut dan mencoba melengkapi semua persyaratan yang diminta meski akhir dari beasiswa ini bukanlah menjadi seorang dokter seperti yang di idam-idamkannya. Satu bulan telah berlalu, pengumuman tidak kunjung datang. Ketika hampir hilang harapannya untuk bisa kuliah, handpone baru hadiah dari Om nya karena ia lulus SMA dengan nilai tinggi berdering :
Chris : hallo, ini siapa ya..??
No baru : benar ini dengan Christine yang ikut seleksi program TPL IKM Departemen Perindustrian..?
Chris : iya, benar, saya.
No baru : Christine dinyatakan LULUS..!!! dan selanjutnya segera lihat pengumuman dan syarat daftar ulang di www.deperind.go.id
Chris : oke.
No baru : harap segera ya.. dan 1 minggu lagi harus sudah ada dijakarta.
Lalu telepon ditutup. Christine terdiam sesaat. Lalu ia berlari mendapatkan ibunya dengan penuh rasa haru mereka menangis. Setelah semua persyaratan telah lengkap, Chris berangkat kejakarta dengan diantar lambaian tangan serta airmata orang tua dan sahabat-sahabat pelayanannya di gereja. Sesuatu yang baru baginya, tinggal disebuah kota besar, kota metropolitan yang punya banyak kesan kurang baik dilihatnya ditelevisi. Seorang gadis kampung yang bermimpi kuliah ini tidak pernah terbayang kalau keinginan kuliahnya ini terwujud ditempat yang sangat jauh dari tempat tinggal, kampung halaman, orang tua, dan semua kerabatnya. Hanya handphone yang dapat menjadi sarana pengobat rindu mereka. Setibanya ia dijakarta, ia bertemu dengan 33 orang lainnya yang juga telah terpilih dari seluruh Indonesia. Dan ternyata 34 orang ini adalah yang terpilih dari 3000 lebih pendaftar. Christine hanya bisa terdiam dan menangis dihadapan Tuhan yang membuat segala sesuatunya indah. Setelah selesai kuliahnya pun ia telah dikontrak langsung menjadi tenaga konsultan Industri Kecil Menengah (IKM) Departemen Perindustrian. Tugasnya ialah mendiagnosis masalah-masalah IKM dan memberikan solusi bagi masalah tersebut. Mungkin ini sangat bertolak belakang dengan ilmu medis yang dipelajari oleh seorang dokter. Tapi ia juga tetap bisa melakukan diagnosis atas penyakit/maslah yang dihadapi oleh para pelaku IKM didaerah dan member i “resep” untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan cara ini, Christine juga bisa tetap menolong banyak orang maski profesinya bukan menjadi dokter. Dan ternyata kejutan dari Tuhan tidak hanya sampai disini. Tuhan mengijinkan suatu malam papa Christine menelponnya untuk mengungkapkan rasa rindunya dan mengungkapkannnya dengan menangis. Lalu papanya meminta maaf pada Christine atas semua perlakuan kasar yang pernah ia lakukan kepada Christine. Ia bercerita, setiap kali ia bertemu dengan para tetangga, rekan kerja dan kerabat-kerabatnya, ia mendengar setiap orang berucap bangga pada Christine. Ada anak kampung yang bisa kuliah diJakarta dengan beasiswa dan membawa nama Provinsi. Papanya menceritakan hal tersebut dengan menangis dan ia berkata “Aku bangga punya anak seperti kamu..”. Chris tersentak dan merasa seperti disiram air es. Ia tidak dapat berkata-kata selain menangis. Papanya minta maaf atas semua perlakuan kasarnya kepada Christine sejak kecil, “kini kamu sudah buat kami bangga..” ucapnya dengan nada lirih.
Lengkaplah kebahagiaan Christine. Bahkan hampir tidak terfikir lagi olehnya kesusahannya berjuang untuk bersekolah dulu. Hubungannya dengan papanya pulih, ia bisa terus Kuliah, cita-citanya menjadi seorang dokter pun tercapai dengan menjadi Konsultan Ikndustri Kecil Menengah Depperind.
Semuanya memang penuh perjuangan dan misteri. Namun itulah jalan Tuhan. Ketika ia menyiapkan 10 langkah yang harus kita tempuh, Ia tidak akan menunjukkan semua langkah itu sekaligus. Namun yang pasti ia yang akan selalu menuntun kita melewati kesepuluh langkah tersebut. Karena rancangan Tuhan Indah pada waktunya.
By : Nonce Chris Natalia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar